Pada video, pada prosedur penelitian dijelaskan bahwasanya serbuk daun ketapang dimasukkan kedalam soklet yang berisi pelarut kloroform.
Berarti pelarut yang digunakan untuk ekstraksi daun ketapang pada penelitian ini adalah kloroform, sedangkan pada jurnal lain tentang penilitian daun ketapang juga, pada penilitian itu disebutkan bahwasanya daun ketapang, untuk ektraksi nya itu digunakan pelarut etil asetat dan etanol.
Kenapa pada jurnal yang anda jelaskan penelitian ini menggunakan pelarut kloroform bukan etil asetat ataupun etanol, dan jika pelarut keloroform itu diganti dengan etil asetat apakah dapat mempengaruhi hasil dari penelitian??
Jadi, pada jurnal penelitian tersebut itu kan menggunakan pelarut kloroform seperti yang dikatakan fanisa tadi. Nah mengapa menggunakan pelarut kloroform? Jadi, berdasarkan salah satu jurnal yang berjudul “IDENTIFIKASI SENYAWA FITOKIMIA DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KASAR DAUN PEPE (Gymnema reticulatum Br.) PADA BERBAGAI JENIS PELARUT” yang sudah terakreditasi sinta 4 itu disebutkan bahwa jika Jenis pelarut yang digunakan pada proses ekstraksi mempengaruhi hasil rendemen ekstrak sampel yang digunakan. Proses ekstraksi terjadi dengan mengalirnya pelarut ke dalam sel yang menyebabkan protoplasma membengkak dan bahan yang terkandung dalam sel akan terlarut sesuai dengan kelarutannya. Kemampuan melarutkan yang tinggi ini berhubungan dengan kepolaran pelarut dan kepolaran senyawa yang diekstraksi. Semakin mirip kepolaran pelarut dengan kepolaran zat yang terkandung dalam bahan yang diekstraksi maka akan semakin banyak komponen zat yang dapat diekstraksi sehingga dapat terjadi peningkatan rendemen yang diperoleh. Peningkatan tersebut disebakan oleh semakin mudahnya pengikatan zat dalam bahan oleh pelarut. Kemudian, dijurnal itu juga dikatakan bahwa steroid merupakan senyawa lipid yang tidak terhidrolisis, sehingga jika digunakan pelarut kloroform maka akan berpengaruh terhadap lebih banyak nya rendemen ekstrak yang didapat. Karena kloroform merupakan pelarut yang bersifat non polar.
Kemudian jika diganti pelarutnya dengan etil asetat atau etanol, dapat ditarik kesimpulan dari penjelasan diatas maka akan berpengaruh terhadap hasil rendemen ekstrak yang diperoleh atau bahkan menghasilkan hasil negatif pada pengujian golongan senyawa nya. Dikarenakan etil asetat dan etanol merupakan pelarut semi polar sedangkan senyawa steroid bersifat non polar.
dari buku yg saya baca terdapat 3 metode yang dapat digunakan dalam uji toksisitas yaitu metode weil, metode grafik probit logaritmik miller dan tainner, serta metode farmakope indonesia. pada jurnal yang dipaparkan menggunakan metode brine shrimp lethality test. mengapa menggunakan metode ini?
Beberapa kelebihan metode ini adalah mudah, relatif murah, tidak membutuhkan spesialisasi tertentu dalam pelaksanaannya dan memiliki hasil dengan tingkat kepercayaan tinggi (95%) untuk mengamati aktivitas toksik dari suatu senyawa di dalam ekstrak tanaman
Pada video, pada prosedur penelitian dijelaskan bahwasanya serbuk daun ketapang dimasukkan kedalam soklet yang berisi pelarut kloroform.
BalasHapusBerarti pelarut yang digunakan untuk ekstraksi daun ketapang pada penelitian ini adalah kloroform, sedangkan pada jurnal lain tentang penilitian daun ketapang juga, pada penilitian itu disebutkan bahwasanya daun ketapang, untuk ektraksi nya itu digunakan pelarut etil asetat dan etanol.
Kenapa pada jurnal yang anda jelaskan penelitian ini menggunakan pelarut kloroform bukan etil asetat ataupun etanol, dan jika pelarut keloroform itu diganti dengan etil asetat apakah dapat mempengaruhi hasil dari penelitian??
Jadi, pada jurnal penelitian tersebut itu kan menggunakan pelarut kloroform seperti yang dikatakan fanisa tadi.
HapusNah mengapa menggunakan pelarut kloroform?
Jadi, berdasarkan salah satu jurnal yang berjudul “IDENTIFIKASI SENYAWA FITOKIMIA DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KASAR DAUN PEPE
(Gymnema reticulatum Br.) PADA BERBAGAI JENIS PELARUT” yang sudah terakreditasi sinta 4 itu disebutkan bahwa jika Jenis pelarut yang digunakan pada proses ekstraksi mempengaruhi hasil rendemen ekstrak sampel yang digunakan. Proses ekstraksi terjadi dengan mengalirnya pelarut ke dalam sel yang menyebabkan protoplasma membengkak dan bahan yang terkandung dalam sel akan terlarut sesuai dengan kelarutannya. Kemampuan melarutkan yang tinggi ini berhubungan dengan kepolaran pelarut dan kepolaran senyawa yang diekstraksi. Semakin mirip kepolaran pelarut dengan kepolaran zat yang terkandung dalam bahan yang diekstraksi maka akan semakin banyak komponen zat yang dapat diekstraksi sehingga dapat terjadi peningkatan rendemen yang diperoleh. Peningkatan tersebut disebakan oleh semakin mudahnya pengikatan zat dalam bahan oleh pelarut.
Kemudian, dijurnal itu juga dikatakan bahwa steroid merupakan senyawa lipid yang tidak terhidrolisis, sehingga jika digunakan pelarut kloroform maka akan berpengaruh terhadap lebih banyak nya rendemen ekstrak yang didapat. Karena kloroform merupakan pelarut yang bersifat non polar.
Kemudian jika diganti pelarutnya dengan etil asetat atau etanol, dapat ditarik kesimpulan dari penjelasan diatas maka akan berpengaruh terhadap hasil rendemen ekstrak yang diperoleh atau bahkan menghasilkan hasil negatif pada pengujian golongan senyawa nya. Dikarenakan etil asetat dan etanol merupakan pelarut semi polar sedangkan senyawa steroid bersifat non polar.
dari buku yg saya baca terdapat 3 metode yang dapat digunakan dalam uji toksisitas yaitu metode weil, metode grafik probit logaritmik miller dan tainner, serta metode farmakope indonesia.
BalasHapuspada jurnal yang dipaparkan menggunakan metode brine shrimp lethality test. mengapa menggunakan metode ini?
Beberapa kelebihan metode ini adalah mudah, relatif murah, tidak membutuhkan spesialisasi tertentu dalam pelaksanaannya dan memiliki hasil dengan tingkat kepercayaan tinggi (95%) untuk mengamati aktivitas toksik dari suatu senyawa di dalam ekstrak tanaman
Hapus